Langsung ke konten utama

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR AL-QUR’AN PADA ANAK MELALUI METODE TAHSIN DI TPA NURUL HARUMAIN DESA ASAM PEUTIK

 






Penulis : Erna Wati

ewati3791@gmail.com

Fakultas Tarbiyah dan ilmu keguruan



ABSTRAK


Balai pengajian merupakan salah satu lembaga pendidikan non formal yang saat ini bisa dibilang menjadi salah satu tempat tujuan para orangtua untuk membantu mendidik anaknya dalam belajar Al-Qur’an. Mengigat pentingnya pembelajaran Al-Qur’an dan tidak semua orang tua bisa mengajar anaknya mengaji serta penanaman nilai religius pada anak sejak dini maka keberadaan balai pengajian ini sangat membantu. Pada penelitian ini penulis menggunakan  metode kualitatif  dengan mendeskriptifkan permasalah yang ada. Adapun berdasarkan hasil penelitian dari kegiatan belajar Al-Quran antara lain: pertama, Metode tahsin merupakan metode yang menitik beratkan kepada makhraj dan tajwid sehingga dapat meningkatkan kemampuan membaca Al-Quran dan memperbagus bacaan sesuai dengan kaidah dan standar yang telah di ajarkan. Kedua, dengan metode tahsin pendidik mencontohkan terlebih dahulu lalu bergantian secara individu peserta didik membaca Al-Quran dan disimak oleh pendidik dan peserta didik lain. 




Kata kunci:  Motivasi belajar Al-Qur’an,  Metode Tahsin


ABSTRACT


The study center is one of the non-formal educational institutions that can now be considered as one of the destinations for parents to help educate their children in learning the Qur'an. Given the importance of learning the Qur'an and not all parents can teach their children the Koran and instill religious values ​​in children from an early age, the existence of this study center is very helpful. Is this study, the author uses a qualitative method by describing the existing problems. As for the results of research from learning activities of the Qur’an among others : first, the tahsin method so that it can improve the ability to read the Qur’an and improve readingaccording to the rules and standards that have been taught. Second, the teacher gives an example first and then takes turns individually, students read the Qur’an and are listened to by educators and other students.



Keywords : Learning Motivation, Tahsin Method


PENDAHULUAN


Pembelajaran merupakan kegiatan belajar dan mengajar yang harus direncanakan dan dilaksanakan, yang bertujuan pada suatu pencapaian serta penguasaan gambaran hasil belajar.pada hakikatnya pembelajaran adalah suatu kegiatan yang terencana dengan merangsang seseorang agar dapat belajar dengan baik guna mencapai tujuan pembelajaran (majid 2014). 

Dalam suatu pembelajaran terjalin hubungan dua arah antara pendidik dengan siswa saat proses penyampaian materi. Pada proses pembelajaran, selain siswa, pendidik juga dituntut berperan aktif dalam proses pembelajaran agar terjalin hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa. Dengan begitu selain memberi informasi, pendidik juga dapat berperan sebagai fasiliator saat proses pembelajaran bagi siswa. Membuat siswa nyaman dan senang dalam belajar merupakan salah satu tanggung jawab pendidik dikelas. Maka dari itu seorang pendidik harus bisa berinovasi dan berkreasi guna memenuhi kebutuhan kompetensi pedagogis dan profesional dalam proses pembelajaran (Fajri dan Taufiqurrahman, 2017 ; Zamili et al., 2020).

Pembelajaran diharapkan dengan baik agar dapat dikuasai oleh peserta didik,

maka dari itu pendidik dituntut untuk menguasai metode pembelajaran yang akan diterapkan. Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan suatu informasi untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Seiring berkembangnya teknologi guru dapat dengan mudah mencari dan memlih metode yang tepat dan sesuai dengan mata pelajaran pada setiap pertemuan. Selain itu guru juga harus memperhatikan penerapan metode pembelajaran pada proses kegiatan belajar mengajar. 

Membaca merupakan syarat utama dan pertama dalam ilmu dan teknologi dalm membangun peradaban. Hal tersebut sesuai dengan wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Yaitu pengulan perintah membaca “Iqra” yang menunjukkan bahwa kecakapan membaca akan diperoleh dengan kehadiran Al-Qur’an yang merancang pengetahuan terpadu dengan melibatkan anggota tubuh,indra,pikiran,akal,hati,dan jiwa yang menimbulkan  kecerdasan. Memperoleh kecerdasan yang ditimbulkan Al-Qur’an mampu menambah motivasi untuk pemanfaatan informasi,pesan,muatan,dan nilai yang dikandung dalam Al-Qur’an.

Sebagai pendidik harus pandai dalam memilih metode pembelajaran serta pengemasan materi yang akan di sampaikan kepada siswa Agar berpengaruh dalam sebuah pengajaran. Metode dalam membaca Al-Quran sangat bervariasi salah satunya yaitu metode Tahsin.

Tahsin (تحسين) berasal dari kata dalam Bahasa Arab hassana-yahassinu-tahsin yang berarti baik dan bagus. Kemudian jika dilihat dari kata tahsin (تحسين) itu sendiri, maka artinya adalah memperbaiki atau membaguskan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, pembelajaran tahsin adalah upaya untuk memperbaiki bacaan Al-Qur’an agar sesuai dengan kaidah-kaidah hukum tajwid dan berupaya memperbagus dan memperindah bacaan (Setiawan, 2015). Sedangkan menurut (Raisya Maula Ibnu Rusyd, 2019) Kata tahsin ) yang berarti memperbaiki, membaguskan, atau menjadikan lebih baik daripada sebelumnya. Jadi, segala aktivitas yang menunjukkan makna memperbaiki atau memperindah atau membaguskan itu disebut tahsin. 

Pendidik memiliki peran penting dalam meningkatkan motivasi peserta didik agar lebih antusias dalam memperbaiki dan memperbagus bacaannya. Karena Kemampuan peserta didik yang berbeda-beda pendidik akan sedikit kesulitan dalam menangani masalah ini di sebabkan kurangnya kemampuan peserta didik dalam membaca Al-Quran.

Adapun persoalan lain yang menjadikan faktor utama yaitu kurangnya motivasi semangat belajar pada diri peserta didik dan orang tua. Selain itu, terdapat peserta didik yang belum lancar membaca Al-Quran serta tidak mampu membedakan makharijul huruf. 



Pelaksanaan kegiatan


Pemaparan dari beberapa materi mengenai seberapa pentingnya memperbaiki bacaan Al-Qur’an itu dijelaskan dengan memberikan beberapa ilustrasi dan pembawaan yang akan membuat anak-anak terkesan menjadi termotivasi dan tersadar akan pentingnya memperbaiki bacaan Al-Qur’an. 

Kurangnya kemampuan peserta didik dalam membaca Al-Quran membuat peserta didik menjadi malas dan tidak percaya diri dalam belajar Al-Quran. Ditambah lagi kurangnya tenaga pengajar dan minim nya pendidik dalam penguasaan metode pembelajaran yang mengakibatkan peserta didik menjadi kurang termotivasi. 

Dengan adanya metode tahsin, peserta didik dapat dengan mudahnya memperbaiki setiap bacaan dan sedikit memahami teori kaidah dalam membaca AlQuran. Adapun sosialisasi yang diberikan kepada peserta didik yaitu:

Pertama, memberikan motivasi kepada peserta didik mengenai pentingnya membaca dan belajar Al-Quran yang merupakan salah satu kewajiban setiap umat muslim. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

“Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya” (HR. Bukhari)


Kedua, menjelaskan kepada peserta didik bahwa wajibnya membaca Al-Qur’an dengan menggunakan hukum tajwid salah satunya menggunakan metode tahsin. Sebagaimana dijelasakan dalam Al-Quran surat Al-Muzammil ayat 4.


“Dan tartilkanlah Al-Quran dengan setartil-tartilnya.”


Ali bin Abi Thalib menjelaskan makna tartil dalam ayat, “Mentajwidkan huruf-hurufnya dengan mengetahui tempat berhentinya”


Ketiga, Menyampaikan kepada peserta didik mengenai teori hukum tajwid agar peserta didik tidak hanya bisa membaca Al-Quran dengan baik dan benar namun peserta didik juga menguasai ilmu dan teorinya. Sebagaimana dijelaskan dalam Q.S.Al-Qomar ayat 17:

“Dan sungguh telah kami mudahkan Alquran untuk peringatan. Maka adakah 

orang yang mau mengambil pelajaran?” (Departemen Agama, 2006)


Keempat, Mempraktekkan, mencontohkan, atau membenarkan bagaimana cara membaca Al-Quran yang baik dan benar sesuai dengan standar yang telah di ajarkan.

Setelah mensosialisasikan beberapa hal diatas kepada peserta didik, mereka terlihat lebih antuisias dan semangat belajar untuk mempelajari dan memperbaiki bacaan Al-Quran mereka. Terlebih lagi di zaman sekarang banyak sekali pengaruh yang membuat kurangnya semangat mereka untuk belajar Al-Quran karna faktor teknologi salah satunya gadget.

Menjadi pendidik dan orang tua di era digital ini sangatlah tidak mudah. Banyak pula keluhan dari orang tua peserta didik yang ingin anaknya fasih dalam membaca Al-Quran dan tidak ingin anaknya terjerumus kedalam pengaruh arus globalisasi. Pendidik dan orangtua tentu membutuhkan kesabaran dengan niat dan keteguhan hati dalam bersikap juga dalam bertindak. Dengan demikian peran pendidik dan orang tua sangatlah penting dalam membimbing dan mendidik anaknya.


METODE PENELITIAN.


Jenis Penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif yaitu metode penelitian yang berusaha menyajikan data secara mendalam, berdasarkan fenomena-fenomena fakta yang akurat. Tujuan peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif karena peneliti ingin menjelaskan dan menjabarkan data sesuai dengan kondisi yang didapat selama penelitian. Dengan penelitian deskriptif kualitatif ini, peneliti berusaha menganalisis  meningkatkan motivasi belajar al-qur’an pada anak melalui metode tahsin di tpa nurul harumain desa asam peutikmeningkatkan motivasi belajar agama dan beribadah. Peneltian ini dilakukan oleh penulis memakai beberapa tahapan : 

a. Wawancara

Jenis wawancara yang dilakukan oleh peneliti yaitu kategori in-depth interview, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas. Tujuannya yaitu untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat serta ide-idenya untuk menemukan penyelesaian masalah. Dengan wawancara ini dimaksudkan agar peneliti dapat menggali informasi secara langsung yang menyangkut tentang pendidikan Al-qur’an dibalai TPA Nurul Harumain desa Asam peutik


b. Dokumentasi

Dokumentasi adalah salah satu cara yang digunakan untuk memperoleh data dan infromasi dalam bentuk buku, arsip, tulisan angka dan gambar yang berupa laporan serta keterangan yang mendukung penelitian. Data yang diperoleh berupa foto kegiatan penelitian dan tulisan ilmiah yang berhubungan dengan penelitian. Dokumen-dokumen tersebut dalam penelitian ini untuk melengkapi bahan informasi terkait pembelajaran menggunakan metode tahsin dalam  meningkatkan motivasi belajar membaca Al-Qur’an anak-anak di TPA Nurul Harumain desa Asam peutik

c. Observasi

Observasi  adalah metode pengamatan dan pencatatan gejala-gejala atau fenomena yang diteliti. Peneliti menggunakan teknik observasi dengan mengamati perilaku narasumber serta lokasi penelitian baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Observasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kegiatan pembelajaran membaca Al-Qur’an secara langsung. Dengan melakukan observasi di lapangan peneliti akan lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial yang dihadapi. Dengan terjun langsung di lapangan, peneliti akan mendapatkan gambaran yang lebih komprehensif karena peneliti tidak hanya mengumpulkan data tetapi juga akan dapat merasakan suasana sosial yang diteliti.


HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan hasil kemampuan membaca Al-Quran yang dilakukan pada saat kegiatan belajar mengajar tahsin di balai TPA Nurul Harumain, diperoleh bahwa peserta didik masih kurang lancar dalam membaca Al-Quran serta belum mempraktekkan ilmu tajwidnya kedalam bacaan Al-Quran.

Peserta didik dinyatakan hanya bisa baca saja belum bisa menerapkan kaidah tajwidnya sehingga saat pelafalan makhraj dan mad belum sesuai dengan standar bacaan. Contohnya, ketika membaca surat An-nas peserta didik banyak yang kurang lancar masih ada yang melafalkan huruf Alif dan ‘Ain, Ha dan Kha masih tertukar ketika mengeluarakan bunyi hurufnya. sedangkan huruf Alif dan ‘Ain dalam penempatan makhraj nya berbeda begitu pula dengan Ha dan Kha. 

Begitu pula dengan membaca hukum mad. Mad merupakan memperpanjang atau menahan bacaan ketika mengucapkan salah satu huruf dari huruf-huruf mad (AlJamzury, 2018) walaupun masih ada saja yang belum tepat membaca mad maka harus bisa dan konsisten membedakan mad yang harus dibaca 2 harakat dan mad yang harus dibaca 5 sampai 6 harakat. Oleh sebab itu sangat penting bagi peserta didik mengetahui dasar ilmu tajwid tidak hanya mempermudah namun juga untuk meningkatkan kemampuan membaca Al-Quran secara fasih dan benar. 

Sebagaimana menurut Aquami kemampuan membaca Al-Quran merupakan keterampilan peserta didik dalam melafalkan huruf-huruf yang diucapkan asesuai dengan makharijul huruf. Dalam hal ini kemampuan membaca Al-Quran dikategorikan tinggi, sedang, rendah. (Aquami, 2018)

Oleh karena itu, dalam mengucapkan huruf-huruf kita harus mengetahui letak keluarnya bunyi huruf karena terdapat perbedaan bunyi yang keluar sehingga mengubah arti dan makna ayat Al-Quran yang ketika di ucapkan tidak sesuai dengan letak keluarnya bunyi Al-Quran. Untuk kemampuan membaca Al-Quran peserta didik sebenarnya sudah bisa namun belum fasih. Ada sebagian peserta didik yang sudah menerapkan ilmu tajwidnya dan ada juga yang belum. 

Bagi santri yang masih kurang baik dalam membaca Al-Quran. Proses dalam pembelajaran terlebih dahulu di awali dengan teori lalu di terapkan kedalam bentuk tulisan serta di peraktekkan.


Pada saat peserta didik diminta untuk mencari contoh hukum taqjwid dalam AlQuran hambatannya ada saja peserta didik yang masih belum paham tetapi saat mengajarkan tajwid dengan cara membaca langsung memasukkan dan memperaktekkan bacaan yang sesuai kaidah tajwid mereka sedikit mengerti. 

Setelah teori tersampaikan dan mempraktekkan pengucapan makharijul huruf selanjutnya peserta didik diperintahkan untuk membaca Al-Quran secara bersamaan. guru pun ikut serta dalam mencontohkan bacaan yang diikuti oleh seluruh peserta didik guna melatih peserta didik untuk membaca Al-Quran sesuai dengan kaidah tajwidnya.

Kemudian ustad mengecek bacaan santri satu persatu. Santri yang tidak di tunjuk ikut menyimak bacaan temannya. Sedangkan Untuk guru sendiri juga menyimak dan meluruskan bagaimana pelafalan makhraj huruf tersebut sehingga santri ada perubahan setiap harinya. 

Bagi santri yang masih kurang dalam bacaan Al-Quran nya guru  memberi bimbingan dan bantuan kepada temannya yang sudah baik bacaannya untuk dijadikan mentor bagi peserta didik yang masih kurang namun masih dalam dampingan guru. 

Setiap proses pembelajaran Al-Quran yang menggunakan metode tahsin 

membuat santri mengalami perubahan yang signifikan. Yang pada awalnya santri masih sangat terbata-taba dalam membaca Al-Quran namun setelah menggunakan metode tahsin santri tau bagaimana pelafalan makhraj dan ilmu tajwid ketika membaca Al-Quran. Hal ini senada dengan pendapat Syaifullah (2017) bahwa kemampuan membaca adalah kecakapan peserta didik dalam memperagakan bacaan Al-Quran melaui 3 kompenen yaitu: Majhraj, tajwid, dan kelancaran bacaan.


Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa meningkatkan motivasi belajar al-quran pada anak melalui metode tahsin dapat berpengaruh terhadap kemampuan membaca Al-Quran. Karena dalam setiap pertemuan terdapat peningkatan pada peserta didik dalam membaca Al-Quran baik dari segi makhraj maupun kelancaran.

Pelaksaan metode tahsin merupakan salah satu metode yang mendukung dalam mempercepat kelancaran dan menjaga dari kesalahan-kesalahan dalam pelafalan makhraj.



Kesimpulan


Adapun hasil dari kegiatan belajar Al-Quran antara lain: pertama, Metode tahsin merupakan metode yang menitik beratkan kepada makhraj dan tajwid sehingga dapat meningkatkan kemampuan membaca Al-Quran dan memperbagus bacaan sesuai dengan kaidah dan standar yang telah di ajarkan. Kedua, dengan metode tahsin pendidik mencontohkan terlebih dahulu lalu bergantian secara individu peserta didik membaca Al-Quran dan disimak oleh pendidik dan peserta didik lain. 

Proses pembelajaran Al-Quran yang menggunakan metode tahsin membuat santri mengalami perubahan yang signifikan. Yang pada awalnya santri masih sangat terbata-taba dalam membaca Al-Quran namun setelah menggunakan metode tahsin santri tau bagaimana pelafalan makhraj dan ilmu tajwid ketika membaca Al-Quran.

Saran.

Sebagai orang tua dan pendidik kita bertanggung jawab penuh atas pendidikan anak salah satunya kewajiban setiap muslim untuk membaca Al-Quran dan mengajarkannya. Bagaimana cara membaca Al-Quran yang baik dan benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.


DAFTAR PUSTAKA


Albadi, dkk. (2021). Implementasi Seni Baca Irama Al Qur’an (Nagham) Dalam Metode Pembelajaran Tahsin Al-Qur’an. Jurnal Ilmu Islam Rayah Al-Islam. 5(1), 103.


Al-Jamzury, S. (2018). Syarah Tuhfatul athfal (panduan mudah mempelajari ilmu tajwid dasar). Al-Jazary Foundation.


Aquami, A. (2017). Korelasi antara kemampuan membaca al-Quran dengan keterampilan menulis huruf arab pada mata pelajaran Al-Qur’an hadist di madrasah ibtidaiyah Quraniah 8 palembang. JIP: Jurnal Ilmiah PGMI.


Ariani, Safrina dkk. 2015. Program Bengkel Mengaji (Upaya Peningkatan Kemampuan Tahsin Al-Qur’An Mahasiswa PAI). Jurnal Mudarrisuna. 5(1), 116.


Astuti, A. Sri, dkk. (2017). Peningkatan Kemampuan Tahsin Al-Qur’an Pada Mahasiswa PAI UIN AR-Raniry: Efektivitas Metode Peer Tutoring Melalui Program Bengkel Mengaji. Jurnal Studi Pendidikan. 15(2), 214-215. 

Batubara, 


Fakhrurroji, dkk. (2020). Pengaruh Metode Tahsin Tilawah Dalam

Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Pada Siswa Kelas Viii Madrasah Tsanawiyah Swadaya Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat. Jurnal Pendidikan Agama Islam dan Riset (J-PARIS), Vol. 1, No.1, 57-59.


Cahyani, Nadia Saphira, (2020). Efektifitas Tahfidh dan Tahsin Al-Qur’an pada Masyarakat di Indonesia. Islamic Insights Journal. 2020: Vol. 2(2), 98.


Departemen Agama, R. I. (2006). Al-Qur‟an Tajwid dan Terjemahnya. Bandung: PT. Syaamil Cipta Media.


Fajri, K., & Taufiqurrahman, T. (2017). Pengembangan Buku Ajar Menggunakan Model 4D dalam Peningkatan Keberhasilan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jurnal Pendidikan Islam Indonesia, 2(1), 1–15. https://doi.org/10.35316/jpii.v2i1.56

Fitrani, Della Indah. (2020). Penerapan Metode Tahsin untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Siswa Sekolah Menengah Atas. Jurnal Pendidikan Islam Indonesia. 5(1), 15-24.


Hakim, Arif Rohman, dkk. (2019). Evaluasi Program Pembelajaran Tahfidzul Quran Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik Di Sdit Alfalah Kota Cirebon. Syntax Idea, Vol. 1, No. 3, 39. 


Majid. (2014). Pembelajaran Tematik Terpadu. PT Remaja Rosdakarya

Mawati, Dwi, dkk. (2016). Peningkatan Kompetensi Guru PAUD dalam rangka 

Pengembangan Metode Tahsin Al-Qur’an untuk Performansi Peserta Didik di Wilayah Kedungsepur (Kendal, Demak, Ungaran, Semarang, Purwodadi). Dimas. 16(1), 168-169.


Rahmawan, Muhammad Arif, dkk. (2021). Implementasi Metode Tahsin Al Husna dalam Pembelajaran Jarak Jauh pada Masa Pandemi Covid-19 di SDIT Al Kahfi. Jurnal Studi Al-Qur’an Membangun Tradisi Berfikir Qur’ani. Vol. 17, No. 1, 113-114.


Setiawan, D. I. (2015). Pelaksanaan Kegiatan Tahsin Al-Qur’an dalam 

Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Mahasiswa di Ma’had Sunan Ampel Al-Aly Universitas Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Universitas Islam Negeri 



Komentar